Jumat, 17 Mei 2013

Renungan ...

Hidup itu Indah

Berapa banyak keindahan alam semesta yang telah kita saksikan? Namun, biasanya kita hanya terpesona kepada fenomena keindahan alamnya belaka. Padahal di balik itu semua ada Allah, Sang Maha Penggerak Yang Mahaindah dan Maha Memesona.

Pantas saja banyak di antara kita yang menggantungkan kecintaan kepada materi, tenyata penyebabnya ialah kita tidak bisa melihat keindahan Allah di balik suatu materi dan kejadian. Kalau saja kita bisa selalu merasakan sentuhan kasih sayang Allah, tentulah kita tidak bisa lagi berpaling ke “lain hati”. Bagaimana bisa berpaling kalau ternyata kasih sayang Allah itu melebihi kasih sayang ibu terhadap anaknya.

Walaupun kita sering lalai menjalankan perintah-Nya dan tidak pernah merasa takut atau malu melakukan larangan-Nya, Allah tetap saja memberi kita tubuh yang sempurna bahkan masih menutupi aib-aib kita. Apa susahnya bagi Allah mengambil salah satu ginjal kita atau membeberkan aib-aib kita di hadapan orang banyak.

Ada seseorang yang harus mengeluarkan jutaan rupiah dari kantongnya hanya karena matanya yang sebelah tidak bisa berkedip. Terhadap mata ini saja, kita tidak pernah bersyukur. Jangankan bersyukur, terkadang kita malah sering menggunakan karunia Allah tersebut untuk memandang sesuatu yang dilarang-Nya. Memang, tidak ada yang kurang dari pemberian Allah, hanya satu, yaitu kita yang kurang ajar terhadap Allah.

Akan halnya dengan orang yang selalu berusaha mendekat pada-Nya. Setiap hari hatinya selalu dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah dan ciptaan-Nya. Apakah itu manusia atau semut sekali pun. Ia tidak pemah merasa lebih tinggi dari siapa pun. Ia tahu Allah paling tidak suka kepada orang yang menyombongkan diri sekecil apa pun. Hatinya selalu dijaga dari sesuatu yang bisa mengotori. Ia sadar tidak akan bisa merasakan manisnya perbuatan Allah kecuali dengan hati yang berserah. Tidak ada yang bisa melukai hatinya karena hatinya sudah terbebas dari kedengkian.

Pujian maupun cacian baginya sama saja, tidak akan perah bisa melukai hatinya. Diberi kenikmatan atau musibah, hatinya tetap suka kepada Allah. Ada hujan ia tidak mengeluh karena ia bisa menikmati bau tanah yang khas tersiram percikan air hujan. Kepanasan pun tidak mengeluh karena ia sadar bahwa panas ini juga perbuatan Allah. Kalau orang lain mengeluh, ia malah menikmati rasa panas sebagai sarana membakar kalori seperti yang dilakukan oleh orang-orang di sauna (pemandian uap).

Ada bau tak sedap, bukannya berkeluh kesah, melainkan malah bersyukur karena masih diberi penciuman yang tajam. Itu tandanya Allah masih sayang padanya. Dalam hatinya tak tersisa ruang untuk iri dan dengki. Alhasil, hidupnya selalu dipenuhi oleh keikhlasan dan optimisme.

Salah satu ciri orang yang dikaruniai kenikmatan hidup seperti ini ialah senantiasa tenang dalam menghadapi masalah. Senyumnya senantiasa menghiasi wajahnya. Ia tidak pernah khawatir karena yakin Allah senantiasa bersamanya. Indah bukan? Hidup hanya sekali dan sebentar, mengapa harus diisi dengan penderitaan dan kekecewaan.

Saya pun menyadari diri ini masih jauh dari apa yang telah saya gambarkan. Saya hanya menceritakan kondisi seorang hamba yang diselimuti oleh kasih sayang Allah. Namun, sepatutnya dalam hati kecil kita ada keinginan untuk seperti itu. Minimal dalam diri kita ada keinginan untuk bisa dekat dengan Allah. Tidak sulit bagi Allah mengubah orang yang tadinya bergelimang maksiat menjadi orang yang tersungkur sujud kepada-Nya. Bukankah Allah pernah berjanji, selangkah kita mendekat kepada-Nya, seribu langkah Allah mendekat kepada kita? Bukankah itu sebagai pertanda Allah sangat suka kepada orang yang berusaha mendekat kepada-Nya tidak peduli sebesar apa pun dosanya?

Duhai Allah…
Ajari kami untuk bisa memahami sikap-Mu yang senantiasa sempurna dan bijaksana. Ajari kami untuk bisa selalu ingat dan bersyukur kepada-Mu. Tuntun kami untuk bisa beramal saleh sesuai dengan yang Engkau kehendaki.

Bukakan hati kami. Jadikan hati ini menjadi hati yang dapat mengenal-Mu. Sehingga apapun yang kali lihat dan dengar, membuat kami semakin yakin akan kebesaran dan keagungan-Mu. Jadikan lisan kami menjadi lisan yang selalu basah menyebut nama-Mu. Jadikan pendengaran kami menjadi pendengaran yang selalu rindu mendengarkan tuntunan-Mu.

Dikutip dari buku  yang berjudul ”ALLAH pun Taubat” bab "Hidup itu Indah"
Karangan Muhammad Farid

Judul Buku : Allah pun Taubat

Resensi buku "ALLAH pun TAUBAT" bisa dibaca di : www.masfarid.blogspot.com

masfaridhttp://www.masfarid.blogspot.com/#


Tidak ada komentar:

Posting Komentar